Satu lagi film dari Monty Tiwa. Judul aslinya sih “Extra Large; Antara Aku, Kau dan Mak Erot”, tapi menurut saya judul posting ini lebih cocok menjadi judul film tersebut. Sama seperti filmnya terdahulu, “Mengejar Mas-mas”, dalam Extra Large kembali Monty Tiwa mengangkat kehidupan peh cun alias pekerja seks komersial sebagai alur cerita filmnya. Tapi jangan bayangkan ini film yang menebar adegan erotisme karena mengangkat kehidupan kupu-kupu malam. Justru film ini sarat dengan pesan moral.

Cerita “Extra Large” dimulai dengan persahabatan tiga pemuda, Deni (Jamie Aditya), Juno (Alex Abbad), dan Stefan (Erron LeBang). Ketiganya sudah akrab sejak SMA. Namun begitu lulus ketiganya berpencar mengejar cita-cita masing-masing. Deni ke Kalimantan Selatan, Stefan ke Australia, sementara Juno tetap di Jakarta. 11 tahun kemudian baru mereka berkumpul kembali. Di sinilah inti cerita dimulai.

Deni datang ke Jakarta karena harus bertemu dengan seorang gadis yang dijodohkan dengannya. Sebenarnya bukan dijodohkan. Vicky (Dewi Sandra), nama si gadis, adalah anak tunggal atasan ayah Deni. Vicky seorang hyper sex, akibatnya ia sampai hamil 2.5 bulan entah dengan siapa. Kacaunya ayah Vicky berniat mencalonkan diri sebagai gubernur dalam pilkada Banten. Nah, tak ingin aib mencoreng namanya menjelang pilkada, maka Vicky dinikahkan dengan Deni. Tahu kan maksudnya apa? Tentu saja dengan sejumlah iming-iming bagi keluarga Deni yang memang hidup pas-pasan.

Begitu tahu kalau Vicky hyper sex, Deni jadi lemas. Dia grogi setengah mati karena merasa “burung”-nya kecil. Deni menghadapi satu dilema. Di satu sisi dia harus menikahi Vicky demi keluarganya, tapi di sisi lain dia gamang karena takut kelak tak bisa memuaskan kegilaan seksual Vicky. Di tengah kebingungan Deni, Juno dan Stefan memberi jalan keluar yang tak kalah gila. Apa itu? Deni dibawa terapi ke tempat Mak Erot, dan kemudian dipesankan seorang peh cun selama sebulan penuh untuk “latihan tempur”. Gila gak tuh?

Setelah pilih-memilih sekian peh cun, akhirnya Deni membawa pulang Intan (Francine Roosenda). So, selama sebulan penuh Deni dan Intan tinggal di sebuah rumah milik Juno yang dipinjamkan khusus untuk mereka. Jauh dari hubungan antara peh cun dan pelanggan, setelah berjalan selama dua minggu keduanya malah saling jatuh cinta. Selama itu Deni juga tidak pernah menyentuh Intan. Selain karena masih kurang PD dengan ukuran “tombak”-nya, Deni ternyata sudah terlalu sayang pada Intan sehingga tidak ingin menidurinya hanya karena nafsu belaka. Wow, so sweet…

Akhirnya waktu sebulan sudah habis dan Intan mesti kembali ke lokalisasi. Deni yang tak ingin kehilangan Intan mengejar ke lokalisasi. Ia temui Intan dan menyatakan rasa cintanya. Namun ia harus pulang dengan tangan hampa karena Intan tidak mau begitu saja menerimanya meskipun sebenarnya Intan juga cinta padanya. Lagipula Deni sudah mau menikah dengan Vicky. Bagaimana kelanjutan hubungan mereka nanti? Ini satu pertanyaan yang tidak bisa dijawab Deni.

Pulang-pulang Deni bertemu dengan Stefan. Dengan jujur Deni menceritakan persoalannya. Deni sangat mencintai Intan, namun ia sudah terlanjur berjanji menikahi Vicky demi keluarganya. Di luar dugaan Stefan memberi satu solusi mengejutkan. Apa solusi yang diberikan Stefan? Tonton saja sendiri filmnya, saya jamin asyik. Terlebih kalau Anda tipe cowok sentimentil yang suka drama-drama seperti saya. Hihihi…

Antara 1-10, saya memberi nilai 8 untuk film ini. Seperti halnya “Mengejar Mas-mas”, Monty Tiwa menggarap “Extra Large” dengan begitu natural. Pengambilan gambar dan dialognya mengalir sehingga saat menonton saya tidak sadar kalau ini hanya film. Satu hal yang membuat saya kurang sreg adalah pemberian judul yang agak melenceng dari inti cerita. Hal yang sama yang saya rasakan setelah menonton “Mengejar Mas-mas”. Di luar itu film ini bagus sekali. Terutama upayanya untuk memanusiakan pekerja seks komersial yang masih dipandang sebelah mata bahkan dibenci oleh masyarakat kita.

Btw, kalau peh cun-nya secantik Francine Roosenda saya juga mau! Hehehe…