Tidak terasa kuliah saya sudah hampir selesai. Hutang teori yang sempat tertunda selama 2 tahun lebih kini tinggal sedikit lagi. Sesuai kesepakatan dengan pihak kampus, saya sudah bisa magang kerja alias praktik kerja lapangan (PKL) setelah ujian akhir semester ini. Waktunya sekitar awal Januari 2009. Sembari magang di lapangan, saya juga bisa melakukan perbaikan nilai yang dirasa kurang memuaskan di kampus.

Selesai kuliah adalah saat yang paling saya nanti-nantikan. Bukan karena begitu lulus saya bisa menagih janji Bapak untuk menikahkan saya. Tapi lebih karena saya bakal bisa lebih fokus lagi dengan impian-impian yang telah saya susun sebelumnya. Ada banyak hal, banyak target, dan banyak impian yang sudah saya rencanakan dan ingin dicapai. Namun karena ingin fokus pada kuliah agar cepat lulus, semuanya mesti saya abaikan dulu. Anehnya, menjelang magang begini saya koq malah jadi bingung ya?

Ceritanya begini. Sebagai syarat kelulusan saya mesti magang kerja di media, baik cetak (koran, majalah, tabloid) atau elektronik (TV, radio). Kemarin sewaktu Ardy Pratama mengajak saya join ke susunan redaksi Tabloid Internet (TI) biro Jogja, saya mengajukan ke dosen pembimbing untuk menghitungnya sebagai magang. Tapi ternyata pembimbing saya menolak dan menyarankan untuk magang di tempat lain. Alasannya TI masih baru dan berformat bulanan, jadi nanti saya tidak dapat banyak praktik di lapangan. Sayapun disarankan magang di sebuah koran mingguan baru bernama Malioboro Ekspres (ME). Kebetulan pihak ME pernah datang ke kampus dan meminta beberapa mahasiswa AKY untuk ditempatkan sebagai jurnalis.

Lho, kenapa di ME yang sama-sama media baru koq boleh? Padahal tadi alasan penolakan magang di TI karena TI masih baru kan? Tenang, semua ada penjelasannya. Memang benar ME koran baru, tapi orang-orang di belakang ME adalah jurnalis-jurnalis senior Jogja. Senior di sini bermakna ganda, senior pengalamannya dan senior pula usianya. Sayapun mengiyakan saja saran tersebut. Kapan lagi ada kesempatan belajar dari para senior yang sudah kondang plus matang di bidang jurnalistik? Jadilah saya satu di antara 6 orang mahasiswa AKY yang dikirim sebagai "tenaga bantuan" di ME.

Senin (15/12) kemarin kami berenam sudah datang ke kantor ME di kawasan Condongcatur untuk perkenalan. Kami bahkan langsung dilibatkan dalam rapat redaksi membicarakan edisi selanjutnya. Persoalan timbul ketika pembimbing saya berubah pikiran. Kalau tadinya beliau menyarankan ME sebagai tempat saya magang menggantikan TI yang ditolaknya, tadi (16/12) siang beliau bilang saya mesti cari tempat magang lain. Walah, koq isuk dele sore tempe begitu sih omongannya? Padahal saya sudah siap menulis proposal magang lho. Dengan "kebijakan" ini tentu saja saya mesti melakukan semuanya dari awal lagi. Persoalannya, saya masih bingung mau magang di mana.

Sebelum mengajukan TI, saya pernah ingin magang di portal berita. Prioritas utama saya di Detik. Kebetulan sekali Detik punya biro di Jogja. Namun pembimbing saya tidak bisa menerima keinginan tersebut. Entah kenapa, di saat jurnalisme online semakin dikenal koq beliau malah terkesan belum mengakui eksistensi jurnalisme internet tersebut. Hmmm, saya jadi benar-benar bingung nih mau magang di mana. :(( Jadi, mohon maklum ya kalau akhir-akhir ini saya jadi jarang update dan tidak mampir ke blog teman-teman.

Itu saja. Semoga curhatan ini bisa meringankan pikiran saya. :))