Sore kemarin saya janjian ketemu dengan Ardy Pratama di Plaza Ambarrukmo, Jogja. Rencananya sih cuma mau membahas Tabloid Internet, khususnya mengenai rencana pendirian biro Jogja di mana saya sangat berminat sekali untuk turut terlibat. Namanya juga tidak pernah bertemu muka, obrolannya ya jadi tidak bisa fokus pada Tabloid Internet saja. Pokoknya apaaaa saja kami bicarakan. Waktu matahari sudah mulai tidak kelihatan, baru deh kami turun untuk pulang.

Belum sampai lantai dasar koq saya iseng pengen masuk toko buku Gramedia. Awalnya sih cuma pengen cuci mata, sambil mengamati buku apa saja yang jadi best seller saat ini. Hmmm, ternyata masih tetap seputar bisnis dan kewirausahaan (entrepreunership). Eits, tapi tunggu dulu! Ardy kemudian mengajak saya ke rak best seller lain. Dan, guess what? Isinya buku-buku tentang "cara mudah mencari duit di internet"! Wow, what a surprise! Coba lihat deh hasil jepretan saya kemarin:





Satu per satu kami 'intip' buku-buku yang dipajang di rak tersebut. Judulnya benar-benar menggiurkan. Beberapa di antaranya yang sempat saya catat adalah "Mudah Meraup Dolar di Internet", "Cari Duit Modal Dengkul Cara Blogger", "Langkah Mudah Meraup Dolar Lewat Internet", "30 Rahasia Cari Uang di Internet", dan termasuk juga buku yang dibuat dari hasil membajak posting beberapa blogger senior berjudul "Google AdSense: Mudah Meraih Dolar di Internet" 'karya' Fajar YS Zebua. Hmmm, saya dan Ardy jadi geleng-geleng kepala. Dan gelengan kepala kami jadi lebih kencang karena dari semua penulis buku itu tidak ada satupun yang kami kenal sebagai blogger!

Gejala apa ini? Tidak bisa dipungkiri lagi, booming blog dan make money blogging sedang melanda Indonesia. Di tengah susahnya mencari lahan pekerjaan seperti sekarang, orang butuh alternatif. Kalau dulu yang dilirik sebagai alternatif adalah ragam peluang wirausaha, maka sekarang mereka melirik blog dan make money blogging. Saya pribadi senang dengan banyaknya penerbitan buku-buku bertema seperti itu. Cuma yang saya sayangkan kenapa judulnya mesti dibuat bombastis seperti itu? Sementara kalau dilihat isinya tidak terlalu istimewa koq. Coba bayangkan, judulnya "Mudah Meraup Dolar di Internet", tapi isinya cuma tentang cara-cara membuat blog, mendaftar ke program-program seperti Google AdSense, Amazon, dll. Semudah itukah? Oo, tentu tidak! Cari duit di internet itu pedih, Jenderal!

Lalu ada pula buku yang berjudul "Berbisnis Lewat Internet dengan PayPal". Apa yang Anda bayangkan dari buku berjudul demikian? Jangan berharap terlalu banyak. Setelah dibaca ternyata isinya hanya definisi dan fungsi PayPal, langkah-langkah mendaftar di PayPal, penjelasan fitur-fitur PayPal, fungsi "Buy Now Button", "Add to Cart Button", dan button-button yang lain. Pembahasan mengenai bisnis internetnya mana? Anda patut kecewa karena hanya akan menjumpai beberapa halaman berisi penjelasan singkat (terlalu singkat bahkan) tentang eBay, program afiliasi, plus langkah-langkah mendaftar di eBay. Wow, hanya itukah yang dimaksud "berbisnis di internet"??? Nehi, nehi...

Sekali lagi saya tegaskan kalau saya pribadi menyambut gembira banyaknya penerbitan buku-buku bertema seperti itu. Cuma yang saya sayangkan kenapa judulnya mesti dibuat bombastis begitu? Okelah, judul bombastis tidak jadi masalah karena orang tidak akan mau membeli buku yang diberi judul menakutkan, seperti "Proses dan Perjuangan Berbisnis Online", "Beratnya Mencari Uang dengan Blog", atau "Kesabaran adalah Kunci Sukses di Google AdSense". Judul memang perlu dibuat sedemikian rupa agar menarik minat pembeli. Tapi kalau ternyata isinya jauh menyimpang dari judul dan hanya terkesan untuk "menjebak", kan kasihan pembaca? Akhirnya penerbitan buku-buku seperti ini jadi tidak jauh berbeda dengan praktek situs-situs penjual mimpi yang bertebaran di internet. Hanya modus oprerandinya saja yang berbeda, satunya online dan lainnya offline.

Harian Jawa Pos beberapa tahun lalu pernah membahas tentang maraknya penulis-penulis oportunis yang hanya memanfaatkan trend untuk kepentingan materi. Bagi saya mereka bukan benar-benar penulis, tapi hanya oknum yang "pandai" melihat peluang pasar. Mereka mengamati apa yang sedang booming dan paling dicari pembaca lantas menulis tentang hal tersebut tanpa pernah berkecimpung di dalamnya. Lebih parah lagi, terkadang isi bukunya juga cuma asal comot dari sana, sini, dan situ alias membajak posting blogger. Contohnya ya kasus yang menimpa Mas Cosa Aranda (dibajak Fajar Zebua) atau Mas Iman Brotoseno (dibajak Wang Xian Jun). Contoh lain, ada seorang penulis yang saya tahu persis memang "spesialis" mengangkat hal-hal yang sedang nge-trend. Yupz, saya bilang mereka itu hanyalah oportunis!

Bagaimana pendapat Anda?