Konon, keberhasilan Barack Hussein Obama memenangi Pemilu AS akhir tahun lalu berkat agresifnya kampanye online yang dilakukan tim sukses Barry. Memang, menjelang Pemilu tim sukses anak tiri Soetoro ini sibuk menggarap komunitas online dengan membuat profil Obama di berbagai situs jejaring sosial. Di antaranya di Facebook, MySpace, LinkedIn, Friendster, YouTube, dan Twitter. Selain itu tim sukses Obama juga membuat situs khusus tentang Obama, www.barackobama.com, dan situs khusus bagi para donatur yang ingin memberi sumbangan di ObamaDonations.com.

Keaktifan Barack Obama di internet merupakan satu poin penting bagi kemenangannya. Menurut data yang dikeluarkan InternetWorldStats.com, pengguna internet di Amerika Serikat sebanyak 218,3 juta. Angka ini merupakan 71,9% dari total populasi AS yang tercatat sebanyak 303,8 jiwa. Terlebih, internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat AS. So, merajai internet membantu Obama untuk dapat menang telak atas McCain.

Di Indonesia, internet rupanya juga mulai dilirik oleh para politisi. Di Facebook, iklan Gerindra/Prabowo sudah muncul sejak pertengahan tahun lalu. Disusul dengan iklan-iklan para calon legislator. Lalu yang tak kalah menarik adalah iklan caleg di situs PPC. Saya sempat merekam sebuah iklan caleg yang nongol dari script KlikSaya.



Fenomena ini bolehlah kita bilang 'mencontek' strategi kampanye Obama. Namun, satu pertanyaan kritis yang muncul kemudian adalah, sejauh mana efektifitas iklan caleg di internet? Ini mengingat penetrasi penggunaan internet di Indonesia yang baru mencapai angka 10% dari total populasi. Menurut data dari InternetWorldStats, pengguna internet di Indonesia baru sebanyak 25 juta orang dari 237.512.355 penduduk. Masih terbilang sedikit. Bandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang angka pengguna internetnya masing-masing lebih dari 60%.

Selain itu, sistem pemilihan di Indonesia yang berdasarkan basis daerah pemilihan (dapil) tertentu membuat iklan caleg di internet jadi tidak efektif. Kenapa? Karena iklan caleg DPR RI untuk dapil DI Yogyakarta, misalnya, bakal muncul dan bisa dilihat oleh pengguna internet di luar Jogja. Apa untungnya iklan tersebut ditampilkan pada mereka yang notabene bukan calon pemilih di Jogja?

Facebook belum bisa melakukan filter iklan berdasarkan kota atau propinsi. Teknologi Facebook baru memungkinkan pemasang iklan untuk memilih audiens berdasarkan negara. Sedangkan di KlikSaya, dan situs PPC lokal lainnya, juga tidak ada filter yang dapat membatasi penayangan iklan. KlikSaya hanya bisa melakukan filter tema blog, yakni di blog mana saja iklan tersebut akan ditampilkan.

Melihat dua hal tersebut, rasa-rasanya iklan caleg di internet akan sia-sia deh. Pasalnya, selain komunitasnya sedikit, iklan tersebut juga tidak memiliki target yang jelas. Masih untung kalau tidak dikerjai para blogger iseng, dengan cara mengklik iklan mereka sering-sering misalnya. Tentu saja yang diklik iklan di blog lain. Kalau ngeklik iklan di blog sendiri ya sama saja bunuh diri. :))

Sekedar saran buat para caleg yang suka pasang iklan di Facebook atau KlikSaya, alangkah lebih baiknya kalau dana iklan online itu disumbangkan ke para korban jebolnya tanggul Situ Gintung. Iya kan?