Bagi kebanyakan teman-teman sekos saya, internet itu hanyalah kebutuhan tersier yang jarang-jarang digunakan. Paling sering mereka ke warnet tiga kali seminggu. Itupun cukup mengecek email dan googling data untuk mengerjakan tugas dari kampus. Tidak sampai sejam selesai sudah aktivitas online mereka.

Berangkat dari sini tidak heran jika teman-teman saya bertanya-tanya kenapa saya begitu sering ke warnet. Kalau mereka paling sering seminggu tiga kali, saya kebalikannya. Hampir tiap hari saya ke warnet, dan tidak pernah sebentar. Paling cepat dua jam. Tentu saja itu merupakan hal aneh bagi mereka. Cuma tidak satupun dari mereka yang berani bertanya apa saja yang saya kerjakan kalau ke warnet. Karena tidak ada yang bertanya maka sayapun tidak mau dong menceritakan apa yang saya kerjakan di internet. Tar malah dibilang sok lagi.

Eh, ternyata serapat-rapat kita menyimpan kotoran, suatu saat pasti akan keluar juga. Maksud saya, sepandai apapun kita menyimpan rahasia, suatu waktu pasti akan diketahui orang. Begitu juga dengan “rahasia” kehidupan online yang saya simpan rapat-rapat. Suatu hari saat sedang mengotak-atik blog di warnet langganan dekat kos, seorang teman datang dan memergoki aktivitas saya. Dari sanalah berita kemudian menyebar.

Kebetulan saya dulu pernah meminjamkan buku tentang blog pada seorang teman. Ketika mendengar berita tentang kehidupan online saya, diapun memberanikan diri bertanya. Pertanyaannya standar sih, “Kamu buat blog ya?” Saya jawab pendek saja, “Iya.” Trus pertanyaan kedua meluncur, “Susah nggak sih buat blog itu?” Saya jawab dengan malas-malasan, “Pertamanya jelas susah. Tapi kalau sudah terbiasa jadi mudah.” Hehehe, jawaban yang sangat standar sekali ya?

Dialog itupun meluncur sampai menyinggung hal yang sangat sensitif: uang! Awalnya teman saya berkomentar, “Kalo punya blog berarti harus sering-sering ke warnet. Kalau nggak kan berarti blognya nggak bisa di-update.” Saya tanggapi singkat, “Memang iya.” Nah, komentar kedua ini yang bikin panas telinga para blogger, terutama yang mencari uang dengan blog. Begini katanya, “Kalau begitu punya blog ngabis-ngabisin duit ya? Kalau tiap hari harus ke warnet kan boros.” Apa jawaban Anda kalau ada yang berkomentar begini pada Anda?

Apapun jawaban Anda, minumnya The Botol Sosro. Eh, bukan. Maksudnya, apapun jawaban Anda, kalau saya memilih balik menembak orang tersebut. Terhadap teman yang tadipun begitu. Selesai dia mengucapkan kata terakhir, saya langsung berkata, “Siapa bilang? Justru kita bisa nyari duit dengan blog koq.” Tak lupa pula menyisipkan kisah nyata sebagai penguat argument. “Di Surabaya ada cowok yang bisa dapat puluhan juta rupiah sebulan dari blog (maksudnya Mas Cosa Aranda). Trus di Tegalgendu, Kotagede, ada juga yang bisa dapat segitu. Juga dari blog (maksudnya Mas Isnaini. Eh, tapi kayanya sudah pindahan deh).”

Hmm, bisakah Anda tebak bagaimana reaksi teman saya tadi setelah mendengar jawaban saya? Skeptis, itu jelas karena saya hanya bilang “ada” tapi buktinya tidak bisa saya tunjukkan. Tidak mungkin kan saya ajak dia ke tempat Mas Isnaini atau Mas Cosa hanya untuk membuktikan bahwa mereka berdua benar-benar menghasilkan uang dari blog. Melihat wajah tidak percayanya itu saya jadi gemas. Kebetulan komputer sedang menyala. Kebetulan pula saya rajin menyimpan screenshot halaman bonus beberapa program yang saya ikuti. Tidak menunggu lama, saya langsung membuka file-file rekaman penghasilan saya di internet dan menunjukkannya ke dia.

Melihat deretan angka $2, $5, $8 dan $10 yang akumulasinya mencapai ratusan dolar, teman saya tadi langsung mengernyitkan kening. Tidak saya sangka-sangka ternyata dia dalam hati menghitung berapa yang sudah saya hasilkan. “Empat juta,” gumamnya entah kepada siapa. Trus dia bertanya, “Itu berapa lama kamu kumpulkan?” Saya jawab jujur, “Sejak Januari”. Saya tambahkan lagi, “Ini komputer belinya pake uang itu.”

Diapun terdiam. Entah apa yang ada di benaknya. Bisa jadi bingung mau bilang apa lagi. Bisa juga karena kagum melihat apa yang sudah saya hasilkan dari blog. Padahal jumlah itu masih teramat kecil jika dibandingkan dengan penghasilan blogger senior yang jauh lebih lama berkecimpung di dunia online earning. Coba dia tahu penghasilan Mas Cosa atau Mas Isnaini, saya jamin dia langsung megap-megap. Ujung-ujungnya (cerita mesti ada ujung kan? Kalau tidak ada ujung trus bagaimana?), teman saya malah bilang tertarik mempelajari blog. Dia juga bilang mau belajar mencari uang dengan blog. Aneh, padahal hanya beberapa saat sebelumnya dia bilang punya blog itu boros dan hanya menghabiskan uang saja. Dasar!

Bersambung………..

NB: Nanti malam final Euro 2008. Saya buat prediksi ngawur di blog sepakbola saya. Kalau ada yang mau ikut-ikutan ngawur, eh, maksudnya berprediksi, monggo datang ke sana.