Keaktifan Barack Obama di internet merupakan satu poin penting bagi kemenangannya. Menurut data yang dikeluarkan InternetWorldStats.com, pengguna internet di Amerika Serikat sebanyak 218,3 juta. Angka ini merupakan 71,9% dari total populasi AS yang tercatat sebanyak 303,8 jiwa. Terlebih, internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat AS. So, merajai internet membantu Obama untuk dapat menang telak atas McCain.
Di Indonesia, internet rupanya juga mulai dilirik oleh para politisi. Di Facebook, iklan Gerindra/Prabowo sudah muncul sejak pertengahan tahun lalu. Disusul dengan iklan-iklan para calon legislator. Lalu yang tak kalah menarik adalah iklan caleg di situs PPC. Saya sempat merekam sebuah iklan caleg yang nongol dari script KlikSaya.
Fenomena ini bolehlah kita bilang 'mencontek' strategi kampanye Obama. Namun, satu pertanyaan kritis yang muncul kemudian adalah, sejauh mana efektifitas iklan caleg di internet? Ini mengingat penetrasi penggunaan internet di Indonesia yang baru mencapai angka 10% dari total populasi. Menurut data dari InternetWorldStats, pengguna internet di Indonesia baru sebanyak 25 juta orang dari 237.512.355 penduduk. Masih terbilang sedikit. Bandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang angka pengguna internetnya masing-masing lebih dari 60%.
Selain itu, sistem pemilihan di Indonesia yang berdasarkan basis daerah pemilihan (dapil) tertentu membuat iklan caleg di internet jadi tidak efektif. Kenapa? Karena iklan caleg DPR RI untuk dapil DI Yogyakarta, misalnya, bakal muncul dan bisa dilihat oleh pengguna internet di luar Jogja. Apa untungnya iklan tersebut ditampilkan pada mereka yang notabene bukan calon pemilih di Jogja?
Facebook belum bisa melakukan filter iklan berdasarkan kota atau propinsi. Teknologi Facebook baru memungkinkan pemasang iklan untuk memilih audiens berdasarkan negara. Sedangkan di KlikSaya, dan situs PPC lokal lainnya, juga tidak ada filter yang dapat membatasi penayangan iklan. KlikSaya hanya bisa melakukan filter tema blog, yakni di blog mana saja iklan tersebut akan ditampilkan.
Melihat dua hal tersebut, rasa-rasanya iklan caleg di internet akan sia-sia deh. Pasalnya, selain komunitasnya sedikit, iklan tersebut juga tidak memiliki target yang jelas. Masih untung kalau tidak dikerjai para blogger iseng, dengan cara mengklik iklan mereka sering-sering misalnya. Tentu saja yang diklik iklan di blog lain. Kalau ngeklik iklan di blog sendiri ya sama saja bunuh diri. :))
Sekedar saran buat para caleg yang suka pasang iklan di Facebook atau KlikSaya, alangkah lebih baiknya kalau dana iklan online itu disumbangkan ke para korban jebolnya tanggul Situ Gintung. Iya kan?
23 Komentar
ulasan yg bagus mas. Sy stuju! Mending dananya dipake buat hal yg lbh ngefek! misalnya buat beliin pulsa saya,hehehe
BalasHapusTopik yg bagus..Seandainya para caleg itu berpikiran seperti dirimu..
BalasHapusKalau saya sederhana saja Mas pendapatnya; politisi kita masih gaptek kali yaahhh...
BalasHapusyap bener tuh,gak kena target,..
BalasHapuswah baru tau kalo penggua internet di indonesia masih baru 10%..
dikit amat yah..
Iya... nggak efektif mas...
BalasHapussetuju mas he..he..
BalasHapuslagian pengguna internet di indo ga kaya di AS yg udh sangat banyak..
Terkecuali ngIklan di Blognya Mas eko ini,.pasti efeknya besar,.....(buat si empunya blog,.. =)) )
BalasHapus@ Syahuri: Keenakan kamu dunks...
BalasHapus@ Opung: Ya, seandainya saja begitu. :(
@ Munawar AM: Nah, mungkin itu penyebab utamanya. :D
@ Sandy: Ya iyalah gak kena target banget. :D
@ Hangga Nuarta: Bisa dibilang ngawur? :D
@ hryh77: Ya itu cuma 10%.
@ Blogger Dodol: Hahahahaha
iyach internet merupakan media promosi yang bener mantep.. untuk caleg juga.. ehhe
BalasHapusbener juga nih mas eko.. mungkin para caleg punya budget kampanye berlebih ya, jadi walaupun kemungkinan efeknya kecil tetep pasang kampanye online
BalasHapuskayaknya hampir ga ada fasilitas yang lepas dari iklan caleq ya mas
BalasHapushihi.. makin keen aja indonesia..
BalasHapussah sah saja
BalasHapusbiar tambah keren mungkin
byme
Wah, wah, keliatan banget nih yg baca dan paham isi posting ini cuma Koh Jimmy aja. :)) Kasihan deh saya...
BalasHapusEmang nih para caleg and para peserta pemilu kayak bebek..Ikutan Obama pada bikin Facebook..perasaaan Internet Indonesia di Kota besar aja lemot...gimana yang di desa? Duh, mending sistem pemerintahan Indo kerajaan aja deh kayak dulu Zaman Sri wijaya, Majapahit dll...makmur kan? yang penting raja nya ga otoriter...hehhe....Koruptor = Gantung = Harta nya milik negara!
BalasHapuswehhh.. sekarang zaman sudah maju, ga cuma internet, dinding sekolah juga bisa dijadikan ajang kampanye kok! jangan heran!
BalasHapusTentunya ini merupakan suatu kemajuan yang mungkin kedepanya akan akan menguntungkan para blogger :D
BalasHapusWah, Setuju banget.. Buat Korban Situ Gintung aja Sekalian Kampanye Gitu... Dari pada NgKlan yg kagak Jelas...
BalasHapusWeh, ternyata endingnya ke situ gintung :) Soal iklan PPC, weleh, baru tau saya ada caleg yg ngiklan di situ. Mendingan ngiklan di blog komunitas yach.
BalasHapusBiasanya caleg2 itu belum tentu pake duit sendiri. Umumnya ada sponsor, jd mereka cuma setor sekian ratus juta aja, sisanya yg m-m-an ditanggung sama sponsor. Klo menang, sponsor akan dapat bagian berupa proyek.
BalasHapus**bah jago banged gw bicara ya kyk pernah pengalaman jd caleg aja hahahaa...
Bener banget bang, sebaiknya dana kampanye yang lain juga digunakan untuk kepentingan yang bermanfaat seperti pembangunan jaringan internet kedesa-desa ataupun perbaikan pada gedung2 sekolah. Kan dapat amal jariyah tuh :)
BalasHapus@ septian: kalo gitu tar pemilihannya bukan pilpres dunks, tapi pilihan raja. Hahaha...
BalasHapus@ neng aia: sapa yg heran? sapa, hayo..!
@ Bujang: mungkin...
@ abitstory: betul itu, bro...
@ iskandaria: iya, mending juga iklan di blog saya ini. :)
@ zee: iya, itu sudah jadi rahasia umum.
@ paman gober: setuju! itu sungai bahar tempat saya sinyal hp aja susah banget.
ya mas eko
BalasHapussetuju sekali...
mending disumbangin aja
tau kan
brapa milyar yg dihabiskan partai untuk iklan di televisi...
:)
Posting Komentar